
Penghalang dan Hilangnya Keberkahan Ilmu
Penghalang dan Hilangnya Keberkahan Ilmu
alhusnainternational.sch.id, Jepara Di bulan Agustus 2023 Pondok Pesantren Al Husna Internasional mengadakan sima`an kubro untuk santri yg sudah memenuhi target hafalan Al Qur`an, sebagaian ada yg tidak ikut di karenakan tidak sesuai target. dari wali santri yg anaknya tidak ikut banyak yang mengeluhkan ” kenapa yaa anak saya kok tidak ikut, apa guru dan kyainya pilih kasih” perkataan dan praduga demikian sering bermunculan di benak sebagaian Wali santri, ada juga yang sampai memboyong atau mengambil anaknya karena tidak percaya. Entahlah. Ketika itu juga abah yai KH. ahmad Mudhoffar ingat akan kisah salah satu wali agung pada zamannya “Syaikh Abdul Qodir Aljiilani dan salah satu seorang wali santri. beliau menjelaskan tanpa maksud menyindir atau yg lainnya, hanya untuk pembelejaran kita bersama. beliau masih sangat ingat betul tentang kisah sorang ulama yang kharismatik pada zamannya.
Suatu ketika ada seorang wali murid yang ingin menfitnah dan ingin menghancurkan Syekh Abdul qodir Al-jailani. Berbagai macam cara yang licik dia jalani. Suatu ketika dia membuat sebuah lubang kecil di ruang yang biasa Beliau bersama dengan santrinya. Dia berusaha mengintip segala gerak gerik dari Syekh Abdul Qodir Al- Jailani. Ketika mengintip aktivitas Sang Ulama besar itu, dia melihat beliau makan bersama salah satu muridnya. Menjadi kebiasaan beliau suka berbagi dengan siapaun. Beliau suka sekali makan ayam, setiap beliau makan ayam atau makanan lainnya selalu menyisakan makanannya untuk diberikan pada muridnya. Beliau akan berhenti makan sebelum beliau kenyang. Si Fulan yang mengintip tadi pergi menemui ayah dari murid Syekh Abdul Qodir tadi.
“Apa benar bapak adalah seorang wali murid dari Syekh Abdul qodir Al-Jailani?” tanya si Fulan.
“Ya benar anak saya memang menuntut ilmu di sana, memangnya ada apa ya?’ tanya si wali murid tadi penuh rasa penasaran.
Apa bapak tahu kalau anak bapak diperlakukan tidak baik disana? ucap si Fulan tadi.
Putra bapak diperlakukan selayaknya kucing dan pembantu di sana, setiap hari putra bapak diberi makanan sisa. Mendengar cerita si Fulan. Wali murid tadi naik pitam dan langsung meluncur menemui Syek dikediamannya.
Assalamu alaikum Ya Syek Abdul Qodir sang tuan guru, Saya titipkan anak saya disini agar dia pintar dan alim. Kenapa Syekh memperlakukan anak saya layaknya seperti kucing yang selalu diberi makanan sisa?’ ungkap si wali murid dengan nada marah dan jengkel. Mendengar ucapan bapak tadi. Syekh Abdul Qodir Al- Jailani menjawab dengan tenang.
“Kalau begitu bawalah anakmu pulang!”
Si wali murid tadi langsung menyeret anaknya keluar untuk diajak pulang. Diperjalanan si bapak bertanya beberapa hal tentang ilmu hukum dan ilmu hikmah. Ternyata semua persoalan di jawab dengan lancar dan sangat lengkap. Seketika itu si wali murid berubah fikiran untuk kembali menemui Syekh Abdul Qodir Al- Jailani mengembalikan anaknya.
“Wahai tuan guru yang mulia, saya mohon maaf yang seikhlas-ikhlasnya atas perilaku saya yang tidak sopan. Ternyata anak saya tidak diperlakukan seperti informasi yang di sampaikan oleh si Fulan yang tukang fitnah itu. Anak saya sekarang sudah menjadi anak yang lebih pintar berbagai ilmu yang tuan berikan. Sekali lagi saya mohon maaf dan saya akan mengembalikan anak saya agar tetap belajar disini bersama sang guru” pinta si Wali murid dengan penyesalan yang dalam.
Mendengar pernyataan itu, maka Syekh Abdul Qodir Al – Jailani menjawab.
“Bukan saya menolak dan tidak mau menerima anakmu kembali. Tapi Allah sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ilmu. Allah sudah menutup futuhnya (terbukanya) untuk mendapat ilmu. Penyebabnya adalah seorang bapak yang tidak beradab pada guru dari putarnya”
Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita semua. Dengan harapan putra-putri kita memilki dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Oleh sebab itu penting Adab dan Sopan santun terhadap Guru, Kyai, Ulama dan orang tua.
Di Kitab Ta’lim Muta’allim di ajarkan kita diwajibkan tunduk, patuh dan hormat kepada kedua orangtua maka kewajiban terebut juga berlaku kepada guru. Sebagaimana dikatakan bahwa orangtua itu ada tiga,
(1) orangtua yang melahirkan kita yaitu ibu dan bapak
(2) orangtua yang memberi kita ilmu yaitu guru
(3) orangtua yang memberi kenikmatan yaitu mertua.
Ketiganya memiliki hak yang sama untuk dipatuhi dan dihormati.
Guru, Kyai, Orang Tua memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena selain sebagai transformator (penstranfer ilmu), guru juga merupakan motivator terbaik yang harus kita junjung tinggi. Bahkan di dalam Islam, guru merupakan orang berilmu yang harus benar-benar dihormati selagi apa yang disampaikannya benar dan tidak bertentangan dengan syariat. Karena kedua fungsi guru itulah (sebagai transformator dan motivator) kita dapat memperoleh ilmu yang tak terbatas.
Berikut ini adab menghormati guru sebagaimana termsktub dalam kitab Ta’lim Muta’allim:
1. Hormat dan ta’zhimlah kepada guru, meskipun hanya mengajarkan satu huruf.
قال على رضى الله عنه: أنا عبد من علمنى حرفا واحدا، إن شاء باع، وإن شاء استرق
Ali ra berkata: “Saya menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”
2. Jika ingin putranya menjadi seorang alim hendaklah memuliakan para ahli ilmu (ulama)
وكان أستاذنا الشيخ الإمام سديد الدين الشيرازى يقول: قال مشايخنا: من أراد أن يكون ابنه عالما ينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء، ويكرمهم ويطعمهم ويطيعهم شيئا، وإن لم يكن ابنه عالما يكون حفيده عالما.
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata: Guru-guru kami berucap: “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti.”
3. Termasuk menghormati guru, tidak berjalan di depannya.
ومن توقير المعلم أن لايمشى أمامه، ولا يجلس مكانه، ولا يبتدئ بالكلام عنده إلا بإذنه، ولا يكثر الكلام عنده، ولا يسأل شيئا عند ملالته ويراعى الوقت، ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج الأستاذ.
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
4. Carilah rido guru, laksanakan perintahnya serta hormati anak dan keluarganya
فالحاصل: أنه يطلب رضاه، ويجتنب سخطه، ويمتثل أمره فى غير معصية لله تعالى، فإنه لا طاعة للمخلوق فى معصية الخالق كما قال النبى صلى الله عليه وسلم: إن شر الناس من يذهب دينه لدنيا بمعصية الخالق. ومن توقيره: توقير أولاده ومن يتعلق به
Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.
5. Jangan melukai hati guru jika ingin keberkahan ilmu.
Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya.
Semoga Guru2 kita, orang tua kita, keluarga kita semua mendapat pertolongan dan ridho Allah SWT. Aamiiin
0 comments