
AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI – Syi’ir Ngudi Susilo Karya KH. Bisri Musthofa
Akhlak Terhadap Diri Sendiri – Syi’ir Ngudi Susilo – Karya KH. Bisri Musthofa (part 2)
Jujur
Jujur adalah sebuah upaya perbuatan untuk menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya baik ucapan, perbuatan dan tindakan. Jujur dijelaskan dalam bait berikut:
Wahid Hasyim santri pondok gak sekolah
Dadi mentri karo liyan ora kalah
Kabeh mau gumantung ing seja luhur
Kanthi ngudi ilmu sarta laku jujur
Terjemah: Wahid Hasyim santri pondok tidak sekolah, menjadi menteri tidak kalah dengan yang lain. Semua tadi tergantung dari niat kemauan yang luhur, dengan mencari ilmu dan bersikap jujur.
Potongan bait di atas menjelaskan bahwa bersikap jujur sangatlah penting. Kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meraih cita-citanya. Anjuran untuk berperilaku jujur juga terdapat dalam Q.S. al-Anfal ayat 58:
“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.”
Dijelaskan juga dalam tafsir Ibnu Katsir.Yang dimaksud khianat di atas adalah pelanggaran terhadap perjanjian yang diadakan antara dirimu dan diri mereka.10 Di antara kedua belah pihak tidak adanya sebuah kejujuran. Maka hendaknya harus melakukan hal yang sama terhadap mereka. Beritahukan kepada mereka bahwa engkau telah menyalahi perjanjian mereka dengan tidak jujur, sehingga mereka mengetahui bahwa engkau menjadi lawan perang bagi mereka, dan engkau mengetahui bahwa engkau menjadi lawan perang bagimu. Dijelaskan bahwa Allah tidak menyukai terhadap hak orang-orang kafir sekalipun.
Amanah
Amanah memiliki arti dipercaya, seakar dengan iman. Sifat amanah memang terlahir dari kekuatan iman, semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Sifat amanah ini digambarkan dalam bait Kitab Syi‟ir Ngudi Susilo sebagai berikut:
Cukup ilmu umume lan agamane
Cukup dunya kanthi bekti pangerane
Bisa mimpin sakdulure lan bangsane
Tumuju ring raharja lan kamulyane
Terjemah: Menguasai ilmu umum dan agama, cukup harta serta patuh terhadap Tuhannya. Mampu memimpin keluarga dan bangsanya, menuju kemakmuran dan kemuliaan. Potongan bait dari Syi‟ir Ngudi Susilo menjelaskan bahwa setiap pemimpin haruslah memiliki sifat amanah. Perintah untuk amanah terdapat pada Q.S. al-Ahzab ayat 72 sebagai berikut:
“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung- gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa semuanya kembali kepada makna amanah. Amanah tersebut adalah taklif (pembebanan) serta menerima berbagai perintah dan larangan dengan syaratnya. Manusia menerimanya atas kelemahan, kebodohan, dan kezalimannya kecuali orang yang diberikan petolongan oleh Allah Swt. hanya kepada-Nya memohon.
Malu
Sifat malu adalah salah satu mutiara diantara mutiara akhlak seorang muslim sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yang menyebut secara langsung bahwa rasa malu ini termasuk ke dalam keimanan. Sifat malu juga tergambar dalan kutipan bait berikut:
Arikala padha bubaran tamune
Aja nuli rerebutan turahane
Kaya keting rerebutan najis tiba
Gawe malu lamon dideleng wong jaba
Terjemah: Ketika tamu sudah pulang, janganlah berebut makanan dan minuman. Seperti ikan yang berebut kotoran, membuat malu ketika dilihat orang dari luar.
Potongan dalam bait di atas menggambarkan bahwa malu itu ketika ada orang yang datang bertamu kemudian disuguhi berbagai hidangan baik makanan ataupun minuman, yang mana setelah tamu pulang semua ribut merebutkan sisa-sisa hidangan. Hal tersebut diumpakan seperti ikan-ikan kecil di sungai atau kolam yang berebut ketika ada kotoran yang jatuh ke dalamnya. Perbuatan tersebut tergolong dalam akhlak tercela karena ketika dilihat oleh orang lain akan terlihat memalukan. Terdapat dalam Q.S. al-Ankabut ayat 28-29, Allah Swt. berfirman:
“Dan (Ingatlah) ketika Luth Berkata pepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar- benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu”. Apakah Sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain Hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa diantara sifat-sifat yang melekat pada diri manusia yang beriman yaitu sifat malu. Malu dari melakukan perbuatan maksiat atau perbuatan yang tercela. Hal ini bukan hanya malu terhadap diri sendiri dan orang lain, melainkan juga malu kepada Allah Swt. yang selalu mengawasi setiap gerak yang dilakukan manusia. Keimanannya akan terkikis jika rasa malu telah tercabut pada diri seseorang yang terbelenggu dalam kemaksiatan. Iman itu menghasilkan rasa malu yang mana ketika rasa malu itu diangkat pada diri seseorang akan terancam hilangnya iman yang mereka miliki.
Sabar
Pentingnya kesabaran itu jika kita meninggal sama halnya dengan mati syahid dan jika mampu bertahan untuk terus berprinsip sabar dalam beraktivitas menuju harapan kita akan menjadi mulia.14 Berikut merupakan kutipan syi‟ir tentang mengendalikan nafsu:
Aja nyuwun duwit wedhang lan panganan
Rewel beka kaya ora tau mangan
Lamon butuh kudu sabar dhisik
Nganti tamu mundur dadi sira becik
Terjemah: Jangan sekali-kali minta uang minuman dan makanan, sampai bawel seperti tidak pernah makan. Ketika memang sedang sangat membutuhkan bersabarlah, baik tunggu sampai tamu pulang.
Kutipan syi‟ir di atas menggambarkan seorang anak yang sedang meminta sesuatu kepada orang tua ketika sedang menjamu tamu. Hal itu tidak diperbolehkan karena termasuk dalam perbuatan tercela atau buruk, tidak sopan dipandang oleh tamu yang sedang dijamu. Dalam keadaan tesebut tidak diperkanankan untuk meminta baik uang, makanan, minuman atau yang lainnya walaupun memang dalam keadaan yang mendesak. Dalam kutipan syi‟ir di atas dinyatakan bahwa bersabarlah sebentar sembari menunggu tamunya berpamitan untuk pulang. Perintah bersabar ini juga dijelaskan dalam firman Allah Swt. pada Q.S. al-Baqarah ayat 155:
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ibnu Katsir menjelaskan Q.S. al-Baqarah ayat 155 dalam tafsirnya, bahwa Allah Swt. memberitahukan, Dia akan menguji hamba-hamba-Nya. Terkadang Allah memberikan ujian berupa kebahagiaan dan pada saat yang lain juga, Dia juga memberikan ujian berupa kesusahan, seperti rasa takut dan kelaparan. Karena orang yang sedang dalam keadaan lapar dan takut, ujian keduanya akan sangat terlihat jelas. Barangsiapa bersabar dalam menghadapi ujian tersebut, maka Allah Swt. akan memberikan pahala baginya. Dan sebaliknya jika tidak bersabar dalam menghadapinya, maka Allah Swt. akan menimpakan siksa kepadanya.
Qana’ah
Qana’ah secara bahasa memiliki arti rela/rida, sedangkan menurut istilah dimaknai menerima ketika berada dalam ketiadaan/tidak memiliki apa yang diinginkan. Qana’ah juga tercantum dalam Syi‟ir Ngudi Susilo berikut:
Nuli pamit ibu bapa kanthi salam
Jawab ibu bapa ‘alaikum salam
Disangoni akeh sithik kudu trima
Supaya ing tembe dadi wong utama
Terjemah: Lalu berpamitan kepada ibu ayah dengan salam, jawab ibu dan ayah „alaikum salam. Diberi uang saku sedikit atau banyak terimalah, agar dikemudian hari jadi orang mulia. Perintah untuk qana‟ah ini juga terdapat dalam firman-Nya pada Q.S. az-Zumar ayat 49:
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru kami, Kemudian apabila kami berikan kepadanya nikmat dari kami ia berkata: “Sesungguhnya Aku diberi nikmat itu hanyalah Karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak Mengetahui.”
Kutipan syi‟ir dan penjelasan dari tafsir Ibnu Katsir Q.S. az-Zumar menjelaskan tentnag qana‟ah, bahwa ketika hendak berangkat ke sekolah berpamitan kepada ibu dan ayah. Dan ketika diberi uang saku entah itu sedikit atau banyak hendak diterima. Jangan meminta lebih dengan kata-kata yang buruk. Harus tetap menjadi anak yang qana‟ah agar kelak menjadi orang yang mulia.
Mujahadah
Lafal mujahadah mengandung arti berusaha dengan keras, atau mengeluarkan seluruh kemampuan untuk kebaikan dan mencari rida Allah. Mujahadah dijelaksan dalam kutipan syi‟ir berikut:
Wayah ngaji wayah sekolah sinau
Kabeh mau gathekake kelawan tuhu
Piwulange ngertenana kanthi ngudi
Nasihate tetepana ingkang merdi
Cita-cita kudu dikanthi gumergut
Ngudhi ilmu sarta pakerti kang patut
Terjemah: Ketika mengaji, sekolah, belajar, semua tadi diperhatikan dengan sungguh- sungguh. Pahamilah pembelajarannya dengan seksama, laksanakan nasehatnya dengan sungguh-sungguh. Cita-cita harus diraih dengan bersungguh-sungguh, mencari ilmu dan budi pekerti yang baik.
Kutipan syi‟ir menjelaskan bahwa ketika sedang mengaji, sekolah dan belajar hendaknya dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Agar sesuai dengan tujuan ilmu yang ditekuni. Tujuan ilmu adalah pengamalan ilmu, karena pengamalan adalah buah ilmu, kemanfaatan usia (hidup) dan bekal akhirat. Barangsiapa meraih amaliah ilmu, berarti dia berbahagia, dan barangsiapa tidak meraihnya, berarti dia merugi. Bersungguh-sungguh di sini bukan hanya ketika mengaji, sekolah dan belajar saja. Melainkan bersungguh-sungguh dalam memperhatikan atau menekuni yang diajarkan oleh pendidik (guru).
Adil
Adil dapat diartikan sama Dery Seseorang bisa dikatakan adil yaitu ketika dia mampu memperlakukan sama antara orang yang satu dengan orang lain. Keadilan adalah norma kehidupan yang didambakan oleh setiap orang dalam tatanan kehidupan sosial mereka. Perbuatan adil ini juga tergambar dalam kutipan Syi‟ir Ngudi Susilo, berikut:
Kejaba yen bapa dhawuh he anakku
Iku turahe wong ngalim kiyai-ku
Bagi rata sakdulurmu keben kabeh
Ketularan Alim, sugih bandha akeh
Terjemah: Terkecuali memang diperintah ayah, hai anakku, itu berkahnya orang ‘alim kyaiku. Bagi rata dengan saudara-saudaramu, supaya mendapatkan keberkahan ‘alim kaya banyak harta.
Berbuat adil dalam kutipan syi‟ir di atas digambarkan dengan membagikan rata baik makanan ataupun minuman kepada saudara-sauadara agar semua merasakan keberkahan dari orang yang „alim. Berbagi baiknya kepada semua orang, agar dapat merasakannya juga. Terlebih kepada orang yang sangat membutuhkan bantuan. Baik sandang ataupun pangan, hendaklah berlaku adil kepada semua. Karena pada dasarnya yang membedakan dimata Allah Swt. tiak lain adalah derajat ketakwaan kepada-Nya. Adil ini juga termaktub dalam firman-Nya, Q.S. al-Hujurat ayat 9:
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
Berdasarkan Q.S. al-Hujurat ayat 9, Allah Swt. menyuruh manusia untuk melerai kemudian mendamaikan apabila ditemukan dua golongan orang-orang yang beriman melakukan peperangan. Mendamaikan antara keduanya dengan keadilan dan kejujuran, tanpa memihak kepada salah satu pihak. Allah Swt. mengajarkan untuk selalu bersikap jujur dan adil terhadap siapapun.
Tawadu’
Tawadu’ artinya merendahkan hati guna mendapat curahan rahmat dari Allah. Tawadu‟ ini tercermin dalam kutipan syi‟ir sebagai berikut:
Dadi tua kudu weruha ing sepuhe
Dadi enom kudu rumangsa bocahe
Lamon bapa alim pangkat sugih jaya
Sira aja kumalungkung maing wong liya
Pangkat gampang minggat sugih kena mulih
Alim iku gampang uwah molah-malih
Terjemah: Menjadi orang tua harus tau diri, begitu pula menjadi anak muda. Ketika ayah
‘alim, berpangkat dan kaya raya, jangan sekali-kali kamu sombong terhadap oang lain. Pangkat dan kekayaan tidak bersifat kekal, ‘alim juga mudah berubah-ubah.
Kutipan di atas menjelaskan baik tua atupun muda hendak tau diri bagaimana harus bersikap. Walaupun kita merupakan keturunan dari nasab yang baik dengan orang tua yang „alim, berpangkat dan kaya raya hendaklah tetap memiliki sifat tawad}u‟. Larangan untuk memiliki sifat sombong sangat tertera di kutipan syi‟ir di atas. Pada dasarnya yang boleh memiliki sifat sombong hanyalah Allah Swt. semata. Sebagai makhluk-Nya harus tetap bersifat rendah hati baik kepada orang tua ataupun terhadap orang muda.Perintah tawadu‟ ini terdapat pada firman-Nya Q.S. as-Syu’ara ayat 215:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir, Q.S. as-Syu’ara ayat 215 ditafsirkan bahwa Allah Swt. memerintahkan agar manusia beribadah hanya kepada-Nya semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya serta mengabarkan bahwa barangsiapa yang menyekutukan-Nya, niscaya Dia akan mengazabnya. Serta memerintahkannya untuk bersikap lembut kepada para pengikutnya yang termasuk hamba-hamba Allah yang beriman.
===============================
////////////
Informasi Penerimaan Santri Baru T.P. 2025-2026 :
SMAIQ SMAIQ KLIK DISINI
SMPIQ SMPIQ KLIK DISINI
SD IT Tahfidz SDIT Tahfidz KLIK DISINI
SD IT Reguler SDIT Tahfidz KLIK DISINI
KB IT – TK IT SDIT Tahfidz KLIK DISINI
////////////
Al Husna Mayong, mengelola :
KB IT – TK IT – SD IT – SMP IQ – SMA IQ – TPQ – Ponpes Tahfidh Qur’an – Majlis Ta’lim – Al Husna Mabrur – Al Husna Mart – LAZISNA – MADINA.
////////////
Siapkan Infaq terbaikmu Untuk PEMBANGUNAN MASJID BESAR AL HUSNA Ke :
🏦 Bank Rakyat Indonesia (BRI)
🏧 224001000848561
🏦 Bank Negara Indonesia (BNI)
🏧 1544613546
A/N: PANITIA PEMBANGUNAN MASJID AL HUSNA
Salurkan juga Infaq Untuk Dakwah MEDIA AL HUSNA Ke :
🏦 Bank Rakyat Indonesia (BRI)
🏧 Rek. No. 2240-01-006409-53-5
🏢 a/n. MEDIA AL HUSNA
) Konfirmasi Transfer: wa.me/6289621050552
////////////
Youtube : New Al Husna Official
Facebook : YP3 Al Husna Mayong Jepara
Email : yp3alhusna@gmail.com
Website : www.alhusnainternational.sch.id
////////////
———————————————————
0 comments