02
Okt

Lebih mengenal Imam Âshim bin Abi an Najûd

Lebih Mengenal Imam Âshim bin Abi an Najûd
(W. 127 H./745 M.) 
(Murid sekaligus Ayah Sambung Imam Hafs Bin Sulaiman ) 
Imam Âshim bin Abi an Najûd Beliau bernama Âshim bin Abi an Najûd al Asadi al Kûfi (w. 127 H.). Beliau juga memiliki nama panggilan yakni Abû Bakr, banyak versi tentang nama ayah beliau, satu riwayat mengatakan bernama Bahdalah, menurut riwayat lain Bahdalah adalah nama ibunya, sebagian riwayat yang lain juga mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Abdullâh sedangkan Abû an Najûd adalah kunyahnya Secara garis keturunan Ashim bermarga al Asadi sedangkan al Kůfi dinisbatkan kepada tempat tinggalnya, yaitu Kufah. Âshim merupakan salah satu Imam Qirã’at Sab’ah dari kalangan ulama Kufah, dan masuk dalam jajaran orang berpengaruh dari golongan tabi’in. Setelah gurunya wafat, yakni Abdurrahmân as Sulami (w. 74 H.), Āshim menggantikan posisinya sebagai guru besar di Kufah, sehingga banyak para pelajar datang dari pelbagai negara belajar kepadanya.

Tak dapat disangkal, Âshim seorang ulama besar ahli qiro’at, fashih dalam membaca al Qur’an, selalu menggunakan gramatika saat berbicara, bahkan Âshim juga memiliki suara yang merdu saat membaca al Qur’an. Hal ini dibenarkan oleh perkataan Abû Bakr bin ‘Ayyasy (w. 193 H.) atau lebih dikenal dengan sebutan Syu’bah murid dari ‘Âshim: “Seringkali saya mendengar Abû Ishâq as Sâbî’î (w. 127H. berkata: Saya tidak pernah melihat orang yang lebih fashih membaca al Qur’an dibandingkan Âshim bin an Najûd yang alim dalam bidang Sunnah, Bahasa, Nahwu dan Fiqh”.
 Sanad Âshim bin Abi an Najûd. Dalam Ilmu al Qur’an dan Qira’at, beliau dapatkan dari belajar pada tiga orang guru, yaitu Abû Abdurrahmân as Sulami (w. 74 H.), Zir bin Hubaisy (w. 81 H.), Sa’ad bin Iyâs asy Syaibani (w. 96 H.). Secara transmisi sanad Âshim menempati posisi ketiga setelah Nabi Muhammad saw.
Berikut adalah sanad Ashim yang bersambung secara muttashil sampai kepada Nabi Muhammad SAW :
1. Abû Abdurrahmân Abdullâh bin Habib as Sulami (w. 74 H.) belajar kepada lima sahabat; ‘Ustmân bin ‘Affân ra. (w. 35 H.), Abdullâh bin Mas’ûd ra. (w. 32 H.), Ubay bin Ka’ab ra.(w. 30 H.), ‘Ali bin Abi Thâlib ra. (w. 40 H.) dan Zaid bin Tsabit ra. (w. 45 H.). Mereka belajar langsung dari Nabi Muhammad saw.
2 Abû Maryam Zir bin Hubaisy (w. 81 H.) belajar kepada tiga sahabat ‘Ustman bin ‘affan ra. (w. 35 H.), ‘Ali bin Abi Thalib ra. (w. 40 H.) serta Abdullâh bin Mas’ûd ra. (w. 32 H.) ketiganya dari Nabi Muhammad saw.
3. Abû ‘Amr Sa’ad bin lyâs asy Syaibani (w. 96 H.) belajar kepada Abdullâh bin Mas’ûd ra. (w. 32 H.) dari Nabi Muhammad SAW.
Keistimewaan Âshim bin Abi an Najûd
Salah satu ulama yang konsisten berkhidmah terhadap kalamNya ialah ‘Âshim. Beliau selalu membaca al Qur’an dengan sangat mutqîn atau lancar walau ditinggal beberapa tahun tanpa murâja’ah (membaca ulang agar tetap hafal). ‘Ashim berkata kepada Syu’bah: “Saya pernah sakit selama dua tahun, (selama dua tahun itu, saya tidak murâja’ah hafalan al Qur’an saya), setelah saya sembuh, kemudian saya membaca al Qur’ an dan tidak ada satupun kesalahan dan kekeliruan pada bacaan saya”. Abû Bakr bin Ayyâsy (w. 193 H.) berkata: ” ‘Ashim jika shalat tegak seperti kayu, dan melaksanakan shalat pada Hari Jumat sampai menjelang Shalat Ashar. Âshim adalah seorang ‘âbid (ahli ibadah), selalu mendirikan shalat. Jika punya keperluan, kemudian melihat sebuah masjid, maka akan berkata: mari kita mampir ke masjid, karena keperluan kita tidak akan habis. Kemudian masuk ke masjid dan malaksanakan shalat”.
Demikian semoga bermanfaat, dan semoga kita bisa meniru beliau beliau ulama Quran.