06
Okt

LEBIH MENGENAL IMAM HAFSH BIN SULAIMAN

LEBIH MENGENAL IMAM HAFSH BIN SULAIMAN
Wafat 180 H

Lebih mengenal Imam Hafsh Nama lengkapnya adalah Hafsh bin Sulaimân bin al Mughirah bin Abû Daud al Asadi, al Kûfi al Bazzar (w. 180 H.). Kata al Bazzar dinisbatkan kepada Hafsh karena berprofesi sebagai Penjual Pakaian, Hafsh juga memiliki julukan Abû “Umar. Ada banyak gelar yang dimiliki oleh Hafsh, diantara gelar yang disandang ialah al Hujjah, ats Tsabt (Teguh), pemilik riwayat yang terkenal, bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa riwayat Hafsh ini satu-satunya riwayat yang paling banyak dibaca di dunia Islam. Hafsh lahir pada tahun 90 H.

Setelah ayahnya meninggal, kemudian ibunya menikah lagi dengan Âshim. Secara otomastis Hafsh menjadi anak sambung Ashim. Atas bimbingan dan didikan Âshim, pemilik riwayat yang paling terkenal ini dididik secara intens, baik secara talqin (dibacakan kemudian ditiru) maupun secara tasmi’ (memperdengarkan bacaannya). apalagi setelah menginjak dewasa, Hafsh menggantikan posisi Âshim sebagai guru dalam bidang al Qur’an, bahkan manjadi seorang imam besar dalam bidang al Qur’an.

Penyebaran Riwayat Hafsh

Tidak berlebihan jika saat ini riwayat yang paling banyak dibaca di beberapa wilayah adalah riwayat Hafsh. Mengapa demikian?, Jika dilihat dari jejak rekam pengembaraan Hafsh ini, maka akan ditemukan bahwa Hafsh pernah mengembara dan tinggal di dua negara yang pada saat itu sebagai ibu kota. Hal ini dibuktikan oleh ungkapan Abû ‘Amr ad Dani (w. 444 H.): “Hafsh belajar kepada Ashim dan diajarkan kepada masyarakat. Kemudian beliau tinggal di Baghdad di sana Hafsh mengajarkan (bacaannya) dan kemudian tinggal di Makkah di sana Hafsh juga mengajarkan (bacaanya). Dari sini bisa dibayangkan berapa jumlah murid-murid Hafsh di dua negara tersebut, kemudian mereka menyebarkan riwayat ke negaranya masing-masing. Maka tidak aneh, jika bacaan riwayat Hafsh menjadi tersohor di dunia. Ini dari sisi penyebaran lewat periwayatan Dari sisi yang lain, hampir seluruh al Qur’an dicetak menggunakan riwayat Hafsh. Pada tahun 1106 H, al Qur’an yang dicetak di Jerman menggunakan riwayat Hafsh.

Antara Hafsh dan Syu’bah
Tidak mengherankan jika riwayat Hafsh ini paling masyhur di dunia, sebab beliau mengabdi mengajar sangat lama sekali. Kemudian timbul pertanyaan kenapa riwayat Syu’bah (193 H.) tidak semasyhur riwayat Hafsh, padahal beliau berdua sama-sama lama mengajar dan sama-sama menjadi murid dari Âshim (w. 127 H.)?.
Sebab Syu’bah berhenti mengajarkan al Quran menjelang wafatnya selama tujuh tahun, dan kemudian disibukkan oleh Ilmu Hadits. Maka dengan demikian, Syu’bah mendapatkan gelar Pembesar Sunnah. Disamping itu, sejarah tidak pernah mencatat bahwa Syu’bah mengajarkan bacaannya di dua negara yang berbeda. Secara transmisi sanad, bacaan yang diriwayatkan oleh Hafsh bermuara kepada ‘Ali bin Abî Thâlib ra. (w. 40 H.). Sedangkan transmisi sanad yang diriwayatkan Syu’bah bermuara kepada Abdullâh bin Mas’ûd ra. (w. 32 H.). Seperti cerita Hafsh yang bertanya tentang bacaan Syu’bah kepada Ashim. Hafsh bertanya kepada gurunya: “Kenapa bacaan Syu’bah berbeda dengan bacaan saya? Âshim menjawab: Bacaan yang kamu pelajari seperti yang saya pelajaris dari Abdurrahmân as Sulami (w. 74 H.) yang sanadnya dari ‘Ali bin Abî Thâlib ra. (40 H.). Sedangkan saya mengajarkan kepada Syu’bah sebagaimana yang saya pelajari dari Zîr bin Hubaisy (81 H.) yang sanadnya dari Abdullâh bin Mas’ûd ra. (32 H.)”. Imam Mujahid berkata: “Perbedaan antara bacaan Hafsh dan Syu’bah berjumlah kurang lebih sekitar 520 bacaan.”

 

BACA JUGA https://alhusnainternational.sch.id/imam-ashim-bin-abi-an-najud/

Ridho Orang Tua